SISTEM PAKAR
Kosep dasar
Kecerdasan
buatan merupakan cabang ilmu komputer yang mengadopsi kecerdasan manusia dalam
berfikir. Hal-hal yang diadopsi kecerdasan buatan adalah penalaran,
penglihatan, pembelajaran, pemecahan masalah, pemahaman bahasa alami, dan
sebagainya. Sistem pakar menjadi salah satu teknologi kecerdasan buatan (Hartati
dan Iswanti, 2008). Aplikasi sistem pakar telah dikembangkan mulai tahun 1960
yaitu General-Purpose Problem Solver
(GPS) oleh Newel dan Simon. Selanjutnya, aplikasi sistem pakar juga
dikembangkan diberbagai bidang, seperti SPEX untuk merencanakan eksperimen
biologi molekul pada bidang kimia, ACE untuk mendiagnosa gangguan jaringan
telepon pada bidang elektronik, VM untuk memonitor pasien gawat darurat pada
bidang kedokteran, dan sebagainya.
Berikut
merupakan beberapa pengertian Sistem Pakar menurut beberapa ahli:
- Martin dan Osman (1988), sistem pakar merupakan sistem komputer yang menggunakan fakta, pengetahuan, dan teknil penalaran untum memecahkan masalah yang hanya dapat diselesaiakan dengan pakar (Hartati dan Iswanti, 2008).
- Ignizio (1991), sistem pakar merupakan sistem berbasis pengetahuan yang memungkinkan komputer dapat berfikir dan mengambil keputusan (Hartati dan Iswanti, 2008).
- Jackson (1999), sistem pakar adalah program komputer yang merepresentasi pengetahuan manusia (pakar) dan melakukan penalaran manusia untuk memberikan solusi masalah atau hanya sekedar saran atau nasihat (Sutojo dkk, 2011).
- Lugger dan Stubblefield (1993), sistem pakar merupakan sistem penyelesaian masalah dengan basis pengetahuan seorang pakar (Sutojo dkk, 2011).
- Turban dan Aronson (2001), sistem pakar merupakan sistem yang memasukan pengetahuan manusia ke dalam komputer untuk masalah yang biasa diselesaikan oleh pakar (Hartati dan Iswanti, 2008).
- Giarrantano dan Riley (2005), sistem pakar merupakan cabang ilmu kecerdasan buatan dimana pengetahuan tertentu yang dimiliki oleh seorang pakar digunakan untuk memecahkan masalah (Hartati dan Iswanti, 2008).
Dengan
beberapa pengertian sistem pakar di atas, pengertian sistem pakar dapat disimpulkan
bahwa sistem pakar merupakan sebuah sistem berbasis komputer dengan mengadopsi
kecerdasan seorang pakar untuk memecahkan masalah atau memberikan saran. Alasan
dikembangkannya sistem pakar adalah antara lain:
- memberikan akses tak terbatas pada informasi kepakaran,
- mengerjakan tugas rutin yang membutuhkan pakar secara otomatis,
- kepakaran dapat mendukung pekerjaan yang tidak dapat dilakukan pada lingkungan yang kurang mendukung,
- menyediakan informasi kepakaran, yang masih mahal, dan
- melanjutkan kepakaran seorang pakar (Merlina dan Hidayat, 2012).
Dengan alasan tersebut, sistem pakar diharapkan dapat :
- meningkatkan produktivitas,
- membuat manusia awam seperti seorang pakar,
- meningkatkan kualitas dengan saran atau solusi yang konsisten,
- dapat mengambil pengetahuan kepakaran seseorang,
- dapat beroperasi di lingkungan yang berbahaya,
- handal,
- memudahkan akses kepakaran,
- meningkatkan kapabilitas sebuah SI,
- tetap dapat bekerja walaupun dengan informasi yang kulang lengkap,
- dapat digunakan sebagai media pendukung, dan
- meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah (Sutojo dkk, 2011).
Sistem pakar hanya dibuat untuk masalah tertentu saja. Secara garis besar, masalah tersebut dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
- interpretasi, membuat deskripsi atau konklusi berdasarkan daya yang didapat atau dimasukan,
- prediksi, memperkirakan akibat dari suatu situasi,
- diagnosis, membuat hipotesa berdasarkan gejala,
- desain, melakukan perancangan konfigurasi komponen berdasarkan kendala yang ada,
- planning, perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.
- monitoring, membandingkan antara hasil pengamatan dengan perencanaan,
- debugging, menentukan cara penyelesaian untuk mengatasi kesalahan,
- reparasi, melakukan perbaikan atas kesalahan,
- instruksi, menjawab pertanyaan untuk mendapatkan fakta, dan
- kontrol, mengontrol sistem terhadap hasil interpretasi, diagnosis, debugging, monitoring, dan perbaikan (Sutojo,2011 & Hartati dan Iswanti, 2008).
Masalah-masalah
tersebut merupakan masalah kompleks yang hanya dapat diselesaikan oleh seorang
pakar. Pakar merupakan seseorang yang memiliki keahlian, pengalaman, dan metode
tertentu untuk menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh manusia
awam (Kusrini, 2008). Beberapa kemampuan kepakaran akan dimiliki seorang pakar,
diantaranya adalah dapat mengenali suatu masalah dan dapat merumuskan masalah
tersebut, kemudian seorang pakar dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan
cepat dan tepat serta dapat menjelaskan solusi
masalah tersebut.
Sebaiknya, seorang pakar menyelesaikan suatu masalah dengan belajar dari pengalaman atau merestruktur pengetahuan yang sudah ada (Hartati dan Iswanti, 2008).
Sebaiknya, seorang pakar menyelesaikan suatu masalah dengan belajar dari pengalaman atau merestruktur pengetahuan yang sudah ada (Hartati dan Iswanti, 2008).
Pada
sistem pakar, kepakaran seorang pakar akan dipindahkan ke dalam komputer. Kepakaran
merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh dari proses pelatihan, membaca, dan
pengalaman yang dialami pakar. Kepakaran tersebut meliputi:
a.
fakta pada suatu permasalahan tertentu,
b.
teori tentang suatu permasalahan tertentu,
c.
aturan dan prosedur tentang apa yang harus dilakukan pada suatu masalah
tertentu,
d.
aturan heuristik pada suatu situasi tertentu,
e.
strategi umtuk menyelesaikan masalah, dan
f.
meta knowledge.
Proses
pemindahan keahlian akan dilakukan akuisisi pengetahuan, representasi
pengetahuan, inferensi pengetahuan, dan pemindahan pengetahuan (Sutojo dkk,
2011). Akuisisi pengetahuan merupakan proses pengumpulan, permindahan,
pengubahan kepakaran menjadi sesuatu yang di mengerti komputer. Proses ini akan
memudahkan seorang pakar menambahkan atau memperbaharui pengetahuan pada sistem
(Hartati dan Iswanti, 2008).
Ada
dua lingkungan pada sistem pakar, yaitu Lingkungan konsultasi, lingkungan non
pakar melakukan konsultasi untuk mendapatkan saran atau solusi, dan lingkungan
pengembangan, lingkungan pembuat sistem pakar membangun komponennya, memasukan
pertanyaan-pertanyaan (Sutojo,2011 & Hartati dan Iswanti, 2008).
Struktur Sistem Pakar
Gambar 1 Struktur
Sistem Pakar
Pengetahuan (Knowledge Base)
Pengetahuan
merupakan pemahaman terhadap fakta, informasi, konsep, prosedur, model,
heuristik terhadap suatu objek (Hartati dan Iswanti, 2008). Sistem pakar
membutuhkan pengetahuan dasar(knowledge
base) untuk memahami, merumuskan, dan memecahkan persoalan. Pengetahuan
dasar memiliki dua elemen dasar, yaitu:
a.
fakta à suatu kondisi, situasi, permasalahan yang ada, dan
b.
rule à aturan yang mengarahkan pada penggunaanpengetahuan untuk meyelesaikan
masalah (Merlina dan Hidayat, 2012).
Pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kriteria, yaitu:
a.
pengetahuan prosedural,
pengetahuan
prosedural merupakan pengetahuan yang lebih menekankan kepada bagaimana cara
melakukan sesuatu dengan serangkaian tindakan. Pengetahuan prosedural
menggunakan algoritma untuk memecahkan masalah.
Contoh:
-
pengetahuan tentang cara membuat bolu kukus.
b.
pengetahuan deklaratif,
pengetahuan
deklaratif merupakan pengetahuan yang bernilai salah atau benar. Pengetahuan
ini mengacu kepada fakta dan assesri dan akan dihungkan dengan pemcahan
masalah.
Contoh:
-
Strawberi berwarna merah.
c.
pengetahuan tacit
pengetahuan
tacit disebut juga dengan pengetahuan tidak sadar. Tacit memiliki arti
dipahami tetapi tidak dapat dikatakan.
Oleh karena itu, pegetahuan tacit merupakan pengetahuan yang tidak dapt di
ungkapkan dengan bahasa.
Contoh:
-
pengetahuan tentang bagaimana cara menggerakan tangan (Kursini, 2008
& Hartati dan Iswanti, 2008).
Pengetahuan
tersebut akan dikumpulkan sebagai pengetahuan dasar atau basis pengetahuan.
Pengetahuan dapat dikumpulkan dari media cetak, elektronik, atu dari kepakaran
seorang ahli. Pada sistem pakar, proses yang dilakukan adalah pemrosesan pengetahuan
bukan pemrosesan data. Pengetahuan, yang ada pada sistem pakar, mengenai
hubungan gejala-diagnosa, sebab-akibat, aksi-reaksi, tentang suatu domain
masalah (Hartati dan Iswanti,2008).
Basis pengetahuan akan direpresentasikan ke dalam
bentuk dan format sehingga komputer dapat mengerti. Metode atau model representasi
pengetahuan memiliki karakteristik tertentu. Pertama, model harus bisa
diprogram ke dalam bahasa pemrograman atau shells dan konklusinya akan disimpan
pada memori. Model representasi merupakan struktur data yang dapat dimodifikasi
oleh mesin inferensi untuk pencocokan pola. Model representasi juga dirancang
untuk proses penalaran (Kursini, 2008).
Model representasi dapat dilakukan dengan beberapa model dibawah ini.
a.
Jaringan sematik
Jaringan semantik adalah informasi dan ata yang dihubungkan yang
membentuk sebuah jaringan, dimana informasi tersebut merupakan informasi yang
proporsional. Informasi yang proporsional merupakan infromasi yang bernilai
satah atau benar. Jaringan semantik memiliki komponen dasar berupa simpul dan
penghubung. Simpul merepesentasikan data atau objek sedangkan penghubung
merepresentasikan hubungan antar objek (Hartati dan Iswanti,2008 & Merlina
dan Hidayat, 2012).
b.
Bingkai (Frame)
Representasi
bingkai merupakan representasi pengetahuan dimana informasi atau data
dikelompokan atau dimasukan ke dalam slot atau atribut. Bingkai merupakan
aplikasi pemorgraman berorientasi objek pada sistem pakar.
c.
Kaidah produksi
Kaidah
prosuksi merepresentasikan saran, arah, dan strategi dengan cara formal, yaitu
denan menggunakan bentuk if-then. Bentuk tersebut menghubungkan antara
antesenden dengan konsekuensi (Hartati dan Iswanti,2008). Kaidah prosuksi dibagi
menjadi dua klasifikasi, yaitu kaidah derajat pertama, premisnya bukan merupakan
premis pada kaidah lain, dna kaidah meta, kaidah yang berisi penjelasan dari
kaidah lain (Kursini, 2008). Sebelum kondisi-konsi menjadi bentuk kaidah
produksi, pengetahuan harus disajikan dalam bentuk tabel keputusan dan pohon
keputusan terlebih dahulu (Hartati dan Iswanti,2008).
d.
Logika predikat
Logika
predikat merupakan penarikan kesimpulan berdasarakan masukan yang berupa
presmis atau fakta yang telah diakui kebenarannya yang akan lakukan inferensi
atau penyimpulan fakta menjadi kesimpulan. Penarikan kesimpulan, umumnya,
menggunakan dua penalaran, yaitu deduktif dan induktif. Penalaran deduktif
merupakan konklusi mengikuti premis yang ada, sedangkan penalaran induktif
merupakan penalaran yang menghasilkan konklusi tentang semua anggota. Logika predikat
diperkenalkan oleh Aristoteles dengan sebutan logika formal, yaitu logika yang
berhubungan dengan sintak penyataan tertentu, dan selanjutnya logika ini
dikembangkan oleh George (1847) dengan konsep logika simbolis. Selain
menunjukan nilai kebenaran suatu fakta, logika predikat juga merepresentasikan
pernyataan tentang objek tertentu. Quantifier digunakan pada logika ini untuk
menganalisis struktur internal dari kalimat premis. Quantifier dapat berupa
kata semua, beberapa, ada, atau tidak (Hartati dan Iswanti,2008 & Merlina
dan Hidayat, 2012).
Pemilihan model representasi pengetahuan harus
sesuai dengan jenis pengetahuan (Hartati dan Iswanti,2008).
Perunutan
Perunutan merupakan proses
pencocokan fakta dengan pengetahuan yang sudah tersimpan dalam memori. Jika
premis IF cocok dengan pengetahuan dasar maka rul akan dieksekusi, kemudian
kondisi THEN akan menjadi pengetahuan baru. Proses perunutan menggunakan metode
inferensi, yaitu mekanisme berfikir sistem pakar dengan pola pola penalaran
sistem oleh pakar. Metode inferensi menggunakan dua pendekatan, yaitu:
a.
Runut maju (Foward Chaining)
Teknik
peruntuan maju dimulai dengan fakta yang diketahui, kemudian dicocokan dengan
bagian IF. Bila kondisi tersebut cocok, maka rule dilakukan dan fakta baru
(THEN) ditambahkan. Runut maju disebut juga penalaran maju (foward reasoning). Perunutan ini dapat
modelkan dengan:
IF (informasi masukan)THEN (Konklusi)
Informasi
masukan dapat berupa data, atu hasil pengamatan dan konklusi dapat berupa
tujuan, hipotesa, penjelasan, atau diagnosa. Setiap aturan hanya dapat di
eksekusi sekali, kemudian pencocokan akan dilanjutkan dengan aturan urutan
selanjutnya dan pencocokan akan berhenti bila sudah ada aturan yang cocok atau
tidak ada aturan yang cocok dengan input masukan. Metode yang digunakan pada Foward Chaining adalah DFS (Depth First Search), BFS (Breadth First Search), dan Best First Search.
b.
Runut balik
(Backward Chaining)
Proses
perunutan balik kebalikan dari proses perunutan maju. Pada runut maju, sistem
tidak memiliki hipotesa. Namun, perunutan balik atau balik akan mengecek
konklusi sebagai praduga awal. Perunutan balik disebut juga sebagai goal-driven search. Teknik perunutan ini
dimodelkan dengan:
Tujuan,IF (Kondisi)
Teknik
perunutan balik memerlukan perumusan dan pengujian sub hipotesis atau hipotesis
sementara.
Ketidakpastian
Ketidakpastian dapat berupa
probabilitas yang bergantung pada hasil. Ada dua faktor kepastian yang
digunakan, yaitu faktor kepastian yang diisikan oleh pakar bersama dengan
aturan dan faktor kepastian yang diberikan pengguna. Faktor kepastian yang
diisikan oleh pakar adalah gambaran tingkat keyakinan pakar pada hubungan
antara antesenden dan konsekuen.
Ada tiga penyebab suatu ketidakpastian,
yaitu aturan tunggal, penyelesaian konflik, dan ketidakcocokan. Aturan tunggal
dapat dipengaruhi oleh kesalahan, probabilitas, dan kombinasi gejala. Kesalahn
dapat terjadi akbiat dari keambiguan cara, ketidak lengkapan data, kesalahan
informasi, ketidakpercayaan terhadap suatu media, dan adanya bias(Kursini,2008).
Probabilitas dapat terjadi karena ketidakmampuan seorang pakar merumuskan suatu
aturan dengan pasti. Ketidakcocokan dapat terjadi bila adanya kontradiksi
aturan, subsumsi aturan, redudansi aturan, kehilangan aturan, dan penggabungan
data.
Selain itu, sistem pakar memiliki
dua macam ketidakpastian, yaitu ketidakpastian data dan ketidak pastian dalam
proses inferensi. Ketidakpastian data disebabkan informasi tidak lengkap,
kontradiksi atau mirip, sedangkan ketidakpastian dalamproses inferensi
disebabkan oleh aturan mewakili pengamatan.
Beberapa cara tersedia untuk
mengatasi ketidakpastian, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Probabilitas
Probabilitas salah satu cara mengetahui suatu
kepastian. Teori probabilitas menunjukan kemungkinan suatu kejadian E akan
terjadi sebanyak n kali diantara N peristiwa. Jika P(E) = 0, maka peristiwa E
pasti tidak terjadi.
- Teori probabilitas bersyarat.
Teori ini merupakan cara untuk mengetahui
kepastian ketika terjadi beberapa kejadian terjadi.
Formulasi di atas berarti bahwa peluang
terjadinya A jika B terjadi lebih dulu pada kejadian yang sama.
- Teori Bayes
2.
Certainty Factor (CF)
CF
diperkenalkan oleh Shortliffe pada MYCIN untuk menunjukan nilai paramenter
klinis.
Formula CF
adalah sebagai berikut:
CF(H,E) = MB(H,E) – MD(H,E)
CF(H,E) = CF dari hipotesa H yang dipengaruhi fakta
E;
MB(H,E) = ukuran kenaikan kepercayaan terhadap
hipotesa H yang dipengaruhi fakta E.
MD(H,E) = ukuran kenaikan ketidakpercayaan terhadap
hipotesa H yang dipengaruhi fakta E.
Selain formula CF di atas, CF juga dapat
mengukur premis premis yang ada pada aturan. CF ini disebut sebagai CF Pararel,
yang diformulasikan dengan formula sebagai berikut:
CF(x dan y)
= Min(CF(x),CF(y))
CF(x atau y) = Max(CF(x),CF(y))
CF(tidak x) = -(CF(x))
CF
sequensial diperoleh dari hasik perhitungan CF Pararel. CF sequensial
diformulasikan dengan formulasi sebagai berikut:
CF(x, y) = CF(x)* CF(y)
CF(x, y) = CF Pararel
CF(x) = CF Sequensial dari semua premis
CF(y) = CF Pakar
CF Akhir
dari sebuah konklusi adalah CF gabungan. CF diperlukan jika suatu kondisi
diperoleh dari beberapa aturan sekaligus.
Refrensi
Kusrini.
2008. Aplikasi Sistem Pakar.
Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
Merlina,
Nita dan Rahmat Hidayat. 2012. Perancangan
Sistem Pakar. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sutojo. Edy
Mulyanto. Vincent Suhartono. 2011. Kecerdasan
Buatan. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
Hartati, Sri
dan Sari Iswanti. 2008. Sistem Pakar dan
Pengembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Comments
Post a Comment